NAMA : RUSDI PURNAMA
Pernyataan
Basuki T Purnama (Ahok) soal surat al Maidah di Kepulauan Seribu masih menuai
kontroversi. Kali ini pernyataannya juga disikapi kritis tokoh muda Partai Golkar,
Ahmad Doli Kurnia. Bahkan, mantan Ketua Umum Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG)
itu menilai sikap Ahok semakin arogan.
“Saya
menilai Ahok sudah sampai pada mengundang orang banyak untuk melewati batas
sabarnya. Arogansi dan sikap kasarnya semakin hari semakin “melunjak” serta
menunjukkan sikap yang jauh dari upaya membangun masyarakat Indonesia yang
beradab, toleran, dan cinta damai,” kata Doli di Jakarta.
Sikap
bakal calon gubernur incembent di Pilkada DKI 2017 itu, menurut Doli, tidak
saja selalu mengundang amarah, merusak kedamaian, dan menyakitkan manusia, tapi
sudah sampai pada menyerang bahkan menista agama Islam.
“Ahok
telah menghina Alquran, yang artinya telah menghina umat Islam seluruh dunia.
Ini bukan lagi sekadar soal pilgub DKI semata. Ini sudah masuk pada urusan
menyerang keyakinan banyak orang dan merendahkan agama tertentu di luar
agamanya,” tegas Doli.
Dengan
sikapnya itu, lanjutnya, Ahok sama sekali tidak memahami bahkan bertentangan
dengan Pancasila dan karakter dasar bangsa Indonesia.
“Saya
sebagai seorang muslim dan juga kader Golkar merasa tersinggung. Oleh karena
itu, saya mendesak agar Partai Golkar untuk segera menarik dukungannya kepada
Ahok,” pinta Doli. Permintaan tersebut disampaikan terhadap pimpinan partainya.
Dia menganggap Ahok yang didukung Golkar, sudah tidak sesuai lagi dengan jiwa,
semangat dan nilai yang selama ini digaungkan Golkar sebagai partai berasaskan
Pancasila dan UUD 1945.
MUI: AHOK MENGHINA ALQURAN DAN ULAMA
Setelah
melakukan pengkajian terhadap pernyataan Ahok di Kepulauan Seribu, Majelis
Ulama Indonesia (MUI) Pusat menyimpulkan Gubernur DKI Jakarta tersebut telah
menghina Al-Qur’an dan ulama.
“Berdasarkan
hal di atas, maka pernyataan Gubernur DKI Jakarta dikategorikan: (1) menghina
Al-Qur’an dan atau (2) menghina ulama yang memiliki konsekuensi hukum,” tegas
MUI Pusat seperti tertuang dalam surat resmi yang ditandatangani Ketua
Umum MUI Pusat Dr KH Ma’ruf Amin dan Sekretaris Jenderal Dr H Anwar Abbas, MM,
MAg, Selasa (11/10/2016) di Jakarta.
Kesimpulan MUI tersebut didasarkan
pada lima kenyataan terkait pernyataan Ahok.
1. Pertama,
Al-Quran surah al-Maidah ayat 51 secara eksplisit berisi larangan menjadikan
Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin. Ayat ini menjadi salah satu dalil larangan
menjadikan non Muslim sebagai pemimpin.
2. Kedua,
ulama wajib menyampaikan isi surah al-Maidah ayat 51 kepada umat Islam bahwa
memilih pemimpin Muslim adalah wajib.
3. Ketiga,
setiap orang Islam wajib meyakini kebenaran isi surah al-Maidah ayat 51 sebagai
panduan dalam memilih pemimpin.
4. Keempat,
menyatakan bahwa kandungan surah al-Maidah ayat 51 yang berisi larangan
menjadikan Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin adalah sebuah kebohongan,
hukumnya haram dan termasuk penodaan terhadap Al-Quran.
5. Kelima,
menyatakan bohong terhadap ulama yang menyampaikan dalil surah al-Maidah
ayat 51 tentang larangan menjadikan nonmuslim sebagai pemimpin adalah
penghinaan terhadap ulama dan umat Islam.
MUI
juga menyatakan aparat penegak hukum wajib menindak tegas setiap orang yang
melakukan penodaan dan penistaan Al-Quran dan ajaran agama Islam serta
penghinaan terhadap ulama dan umat Islam sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
AHOK BANTAH TELAH MENGHINA AL-QURAN
Gubernur
DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), mengklarifikasi tuduhan bahwa dia
melecehkan Al Quran ketika menyebut Surat Al Maidah ayat 51 di hadapan warga
saat melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu pada
27 September 2016.
Ahok
menyatakan bahwa dia sama sekali tidak melakukan penghinaan terhadap kitab suci
umat Islam.
“Saya
bilang ke warga Kepulauan Seribu, kalau kalian dibodohi orang-orang rasis
pengecut, itu yang mau saya tekankan sekarang, menggunakan ayat suci untuk
tidak memilih saya, ya silakan enggak usah milih,” katanya di Balaikota
Jakarta, Jumat (7/10).
Ahok
mengatakan sejak terjun ke dunia politik tahun 2003 ia kerap menemui lawan
politik menurut dia rasis dan pengecut karena menggunakan ayat-ayat Alquran
untuk “membodohi” warga agar tidak memilih dia.
“Jadi
ayat Alquran ada yang salah enggak? Enggak salah, konteksnya bukan itu. Saya
sekolah Islam SD-SMP sembilan tahun, jadi saya menemukan banyak yang rasis dan
pengecut menggunakan ayat suci di dalam Alquran maksudnya tidak seperti itu
(tapi) dipelesetin seperti itu,” katanya.
Perilaku
rasis dan pengecut, menurut Ahok, tidak hanya kerap dilakukan oleh aktor
politik beragama Islam tetapi juga yang beragama Kristen atau Katolik.
“Ada
yang rasis dari pihak Kristen, dia menggunakan ada satu ayat saya lupa nih di
Alkitab, dia bilang gini ‘kita harus membantu semua orang, terutama saudara
seiman’. Itu juga dipakai membodohi orang-orang Kristen-Katolik di gereja
supaya jangan memilih orang yang non-Kristen, non-Katolik. Itu yang saya maksud
sampaikan kepada warga di Kepulauan Seribu,” ujarnya.
Isi
ayat Alkitab yang dimaksud Ahok ada dalam Galatia 6:10 Perjanjian Baru yang
menyatakan “Itulah sebabnya sedapat mungkin kita hendaknya selalu berbuat baik
kepada semua orang, terutama kepada saudara-saudara seiman”.
Sebelumnya, beredar viral di media sosial
potongan video Ahok berbicara di hadapan warga Kepulauan Seribu dan menyebut
Surat Al Maidah Ayat 51. Kejadian itu memancing berbagai reaksi dari publik,
termasuk Pengurus Pemuda Muhammadiyah Pusat, yang berencana melaporkan Ahok ke
polisi dengan tuduhan menghina Alquran.
Ahok
sudah menyampaikan klarifikasi melalui akun instagram @basukibtp, yang
menganjurkan masyarakat melihat langsung versi utuh video itu agar dapat
menerima pernyataannya secara lengkap tanpa dipotong, terutama pada menit 23:40
hingga 25.35.
Pada
menit 23:40 hingga 25:35 dalam video itu Ahok mengatakan:
“Jadi
Bapak Ibu udah enggak usah khawatir, ini pemilihan kan 5 Juli, kalau saya tidak
terpilih pun saya berhentinya Oktober 2017. Jadi kalau program ini kita
jalankan dengan baik pun Bapak Ibu masih sempat panen sama saya. Sekali pun
saya tidak terpilih menjadi Gubernur.
Saya
ingin cerita ini supaya Bapak Ibu semangat. Jadi enggak usah pikiran nanti
kalau enggak kepilih pasti Ahok programnya bubar. Enggak. Saya sampai Oktober 2017.
Jadi
jangan percaya sama orang, kan bisa saja dalam hati kecil Bapak Ibu enggak bisa
pilih saya. Dibohongin pakai Surat Al Maidah 51, macam-macam itu. Itu hak Bapak
Ibu. Jadi kalau Bapak Ibu perasaan enggak bisa pilih nih, karena saya takut
neraka, dibodohin gitu ya. Enggak apa-apa. Karena ini kan panggilan pribadi
Bapak Ibu. Program ini jalan saja.
Jadi
Bapak Ibu enggak usah merasa enggak enak. Dalam nuraninya enggak bisa pilih
Ahok. Enggak suka sama Ahok, tapi programnya gua enggak enak dong kalau enggak
milih, gua utang budi. Jangan. Kalau Bapak Ibu punya perasaan enggak enak nanti
mati lho pelan-pelan.
Jadi
anggap, bukan anggap, ini semua adalah hak Bapak Ibu sebagai warga DKI.
Kebetulan saya Gubernur mempunyai program ini, jadi tidak ada hubungannya
dengan perasaan Bapak Ibu mau pilih siapa. Ya saya kira itu.”
ANALISIS
BERDASARKAN AKIDAH ISLAM TENTANG KASUS AHOK MENGHINA AL-QURAN
Sebagai umat muslim, kita lihat pada surat almaidah, yang
menyebutkan “hai orang-orang beriman janganlah kalian mengambil orang-orang
yahudi dan nasrani menjadi wali kalian, sebagian nmereka adalah wali bagi
sebgaian yang lain. Barang siapa diantara kalian mengambil mereka menjadi wali,
maka susungguhnya allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”
Dari arti surah diatas kan sudah jelas bahwa umat
muslimah dilarang menjadikan orang yahudi dan nasrani sebagai pemimpin. Secara
tidak langsung ayat ini juga menjadi bagian dari dasar”perpolitikan” umat
islam. Kenyataannya bahwa alquran sebagai pedoman bagi seluruh umat manusia
tidak hanya mengatur tata cara beribadah saja, namun juga bagaimana berperilaku
dakam kehidupan sehari-hari tentunya juga mengatur tata cara bernegara,
berpolotikan hingga urusan terkecil seperti makanan dan minuman.
Secara tidak langsung ayat diatas menjadi bagian dari
fondasi politik umat islam dikala ada calon pemimpin non muslim diantara calon
pemimpin muslim, sekarang dijakarta memiliki 3 calon bupati dan 2 diantaranya
beragama islam, maka selama masih terdapat calon pemimpin yang beragama islam
dan insya allah memiliki tracl record yang baik maka wajib hukumnya bagi umat
islam yang merasa dirinya beriman untuk tidak memilih calon pemimpin yang
berbeda akidah tersebut.
Maka kemudian bila ada pihak-pihak yang menjadikan surahalmaidah
ayat 51 untuk untuk melarang memilih ahok sebagai gubernur, secara tidak
langsung mengingatkan umat islam kepada jalur yang sejatinya diridhoi oleh
allah swt, karena sudah mestinya umat islam memilih pemimpin yang seakidah dan
memiliki perilaku yang baik sebagaimana dituliskan dalam hadis dan alqur’an .
Dengan demikian surat almaidah ayat 51 tidak bisa
dijadikan alat untuk berbohong, jadi ketika ahok berkata dengan kalimat seperti
itu, sudah pasti dia menyakiti umat islam karema menempatkan almaidah ayat 51
sebagai keterangan ayat yang didahului oleh predikat bohong. Menempelkan
sesuatu yang suci dengan sebuah kata negatif, itulah kesalahannya.
EmoticonEmoticon