NAMA : DERMAWAN
Kepemimpinan adalah
kegiatan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Kepemimpinan secara etimologis
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berasal dari kata “pimpin”. Dengan
diawali me menjadi “memimpin” maka berarti menuntun, menunjukkan jalan dan
membimbing. Masih pada pengertian memimpin, pengertian lain adalah mengetuai
atau mengepalai, memandu dan melatih dalam arti mendidik dan mengajari supaya
dapat mengerjakan sendiri. Bertolak dari kata memimpin berkembang pula perkataan
kepemimpinan, perkataan ini menunjukkan pada semua perihal dalam memimpin,
termasuk juga kegiatannya.
Secara terminologis,
kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar
mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi perilaku seseorang,
sehingga apa yang menjadi ajakan dan seruan pemimpin dapat dilaksanakan orang
lain guna mencapai tujuan yang menjadi kesepakan antara pemimpin dengan
rakyatnya.
Kepemimpinan (style of
the leader) merupakan cerminan dari karakter/perilaku pemimpinnya (leader
behavior). Perpaduan antara “leader behavior” dan “leader style” merupakan
kunci keberhasilan pengelolaan organisasi; atau dalam skala yang lebih luas
adalah pengelolaan daerah atau wilayah, dan bahkan Negara. Banyak pakar
manajemen yang mengemukakan pendapatnya tentang kepemimpinan. Dalam hal ini
dikemukakan George R. Terry sebagai berikut: “Kepemimpinan adalah
kegiatan-kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang agar mau bekerja sama untuk
mencapai tujuan kelompok secara sukarela.”
Dari defenisi di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam kepemimpinan ada keterkaitan antara
pemimpin dengan berbagai kegiatan yang dihasilkan oleh pemimpin tersebut.
Pemimpin adalah seseorang yang dapat mempersatukan orang-orang dan dapat
mengarahkannya sedemikian rupa untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk mencapai
tujuan yang diinginkan oleh seorang pemimpin, maka ia harus mempunyai kemampuan
untuk mengatur lingkungan kepemimpinannya.
Adapun jika dilihat
dari segi ajaran Islam, kepemimpinan berarti kegiatan menuntun, membimbing,
memandu dan menunjukkan jalan yang diridhai Allah SWT. Kegiatan ini
bermaksud untuk menumbuhkembangkan kemampuannya sendiri di lingkungan
orang-orang yang dipimpin dalam usahanya mencapai ridha Allah SWT selama
kehidupannya di dunia dan di akhirat. Dalam hal ini Allah berfirman:
….ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ
ٱلَّذِي هَدَىٰنَا لِهَٰذَا وَمَا كُنَّا لِنَهۡتَدِيَ لَوۡلَآ أَنۡ هَدَىٰنَا
ٱللَّهُۖ… ٤٣
Artinya: "….Segala
puji bagi Allah yang telah memimpin kami kepada (surga) ini. Dan kami
sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami
petunjuk….
Firman Allah diatas
jelas bahwa untuk mencapai jalan yang diridhai Allah SWT diperlukan para
pemimpin yang akan menjalankan kepemimpinan berdasarkan petunjuk-petunjuk-Nya.
Dasar Kepemimpinan Islam
1. Dasar Tauhid
Dasar tauhid atau dasar
menegakkan kalimat tauhid serta memudahkan penyebaran islam kepada seluruh umat
manusia. Dalam al–Qur’an dasar ini dijelaskan dalam berbagai surat dan ayat,
diantaranya QS. Al-Ikhlas ayat 1- 4:
قُلۡ هُوَ ٱللَّهُ
أَحَدٌ ١ ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ ٢ لَمۡ يَلِدۡ وَلَمۡ يُولَدۡ ٣
وَلَمۡ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدُۢ ٤
Artinya: 1. Katakanlah:
"Dialah Allah, Yang Maha Esa. 2. Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu. 3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. 4.
dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia"
- QS. al-Baqarah ayat
163
وَإِلَٰهُكُمۡ إِلَٰهٞ
وَٰحِدٞۖ لَّآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلرَّحۡمَٰنُ ٱلرَّحِيمُ ١٦٣
Artinya: Dan Tuhanmu
adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang.
- QS. An-Nisa’
ayat 59
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُوٓاْ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَأُوْلِي ٱلۡأَمۡرِ
مِنكُمۡۖ فَإِن تَنَٰزَعۡتُمۡ فِي شَيۡءٖ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ
إِن كُنتُمۡ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۚ ذَٰلِكَ خَيۡرٞ
وَأَحۡسَنُ تَأۡوِيلًا ٥٩
Artinya: Hai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.
2. Dasar Persamaan
Derajat Sesama Umat Manusia.
Pada prinsip ini bahwa
manusia memiliki derajat yang sama dimata Allah, hanya saja yang membedakan
adalah ketaqwaan kepada Allah SWT. Hal ini sesuai dalam ajaran QS. Al-Hujurat:
13 :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ
إِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن ذَكَرٖ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبٗا وَقَبَآئِلَ
لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ
عَلِيمٌ خَبِيرٞ ١٣
Artinya: Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal.
Islam tidak pernah
mengistimewakan ataupun mendiskriminasikan individu atau golongan. Semua sama
dan tidak ada yang berbeda. Islam juga melindungi hak-hak kemanusiaan siapapun
dia, muslim atau non muslim, selama mau hidup bersama dan taat terhadap
pemimpin dan menjaga kesatuan dan persatuan.
3. Dasar Persatuan
Islamiyyah (Ukhuwah Islamiyah)
Prinsip ini untuk
menggalang dan mengukuhkan semangat persatuan dan kesatuan umat Islam. Hal ini
didasarkan pada ajaran Islam dalam al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 103:
وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ
ٱللَّهِ جَمِيعٗا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ
Artinya: Dan
berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai.
4. Dasar Musyawarah
Untuk Mufakat atau Kedaulatan Rakyat
Islam selalu
menganjurkan ada kesepakatan dari orang-orang terkait dalam memutuskan suatu
perkara yang berhungan dengan kemanusiaan baik dalam kehidupan keluarga,
lebih-lebih kehidupan berkelompok untuk menciptakan lingkungan yang damai dan
tentram dalam suatu masyarakat tersebut.
Dalam QS. Ali Imran
ayat 159 Allah menegaskan tentang pentingnya bermusyawarah dalam memutuskan
suatu perkara:
وَشَاوِرۡهُمۡ فِي
ٱلۡأَمۡرِۖ فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ
ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ ١٥٩
Artinya: dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya
Dan dalam QS. al-Syura
ayat 38:
وَٱلَّذِينَ
ٱسۡتَجَابُواْ لِرَبِّهِمۡ وَأَقَامُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَأَمۡرُهُمۡ شُورَىٰ
بَيۡنَهُمۡ وَمِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ يُنفِقُونَ ٣٨
Artinya: Sedang urusan
mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan
sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.
Assyuro atau musyawarah
diartikan sebagai meminta pendapat kepada orang yang berkompeten dalam
urusannya, atau meminta pendapat umat atau orang-orang yang diwakilinya dalam
urusan-urusan umum yang berhubungan dengannya.
Dengan pengertian
demikian maka umat Islam menjadikan musyawarah sebagai dasar pijakan dalam
mengambil keputusan dan menetapkan kaidah-kaidahnya. Dengan musyawarah juga
umat islam dapat memilih dan mencalonkan kandidat yang memiliki sikap keadilan
dan dianggap memiliki kompetensi dalam kepemimpinan untuk mengurus kepentingan
mereka.
5. Dasar Keadilan dan
Kesejahteraan Bagi Seluruh Umat.
Atas dasar prinsip ini
pemimpin harus menegakkan persamaan hak segenap warganya; maksudnya seorang
pemimpin memiliki kewajiban menjaga hak-hak rakyat dan harus dapat
merealisasikan keadilan diantara mereka secar keseluruhan tanpa terkecuali.
Prinsip ini didasari
firman Allah swt. Pada Surat an-Nahl ayat 90:
۞إِنَّ
ٱللَّهَ يَأۡمُرُ بِٱلۡعَدۡلِ وَٱلۡإِحۡسَٰنِ وَإِيتَآيِٕ ذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ
وَيَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِ وَٱلۡبَغۡيِۚ يَعِظُكُمۡ لَعَلَّكُمۡ
تَذَكَّرُونَ ٩٠
Artinya: Sesungguhnya
Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum
kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.
Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
Kelima prinsip atau
dasar tersebut harus senantiasa dijadikan landasan dalam menetapkan setiap
kebijakan pemimpin sehingga tujuan kepemimpinan dalam Islam akan dapat terwujud
dengan sebaik-baiknya.
Dalam kondisi pada saat ini yang masih
diselimuti dengan keadaan kampanye dalam memilih bupati, walikota, ataupun
gubernur. Kita harus bisa untuk memilih yang mana pemimpin terbaik, dan itu
harus berasal dari agama islam. Pemimpin menempati posisi penting dalam Islam.
Karena pemimpin memegang kebijakan yang berkaitan dengan hajat hidup orang
banyak mulai dari kesehatan, transportasi, tata kelola sumber daya alam,
kesejahteraan, dan pelbagai kebijakan publik lainnya. Islam melarang kita ntuk
memilih pemimpin yang berasal dari agama lain.
Berikut ini adalah sejumlah Dalil Qur'ani
beserta Terjemah Qur'an Surat (TQS) yang menjadi dasar untuk bersikap dalam
memilih pemimpin :
1. Al-Qur'an
melarang menjadikan orang kafir sebagai Pemimpin
QS. 3. Aali 'Imraan :
28.
"Janganlah
orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi WALI (PEMIMPIN /
PELINDUNG) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat
demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat)
memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah
memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah
kembali(mu)."
QS. 4. An-Nisaa'
: 144.
"Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi WALI (PEMIMPIN
/ PELINDUNG) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan
alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu) ?"
QS. 5.
Al-Maa-idah : 57.
"Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi PEMIMPINMU, orang-orang yang
membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang
yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang
musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang
beriman."
2. Al-Qur'an
melarang menjadikan orang kafir sebagai Pemimpin walau Kerabat sendiri :
QS. 9. At-Taubah : 23.
"Hai orang-orang
beriman, janganlah kamu jadikan BAPAK-BAPAK dan SAUDARA-SAUDARAMU menjadi WALI
(PEMIMPIN / PELINDUNG) jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan,
dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah
orang-orang yang zalim."
QS. 58. Al-Mujaadilah :
22.
"Kamu tak akan
mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling
berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekali
pun orang-orang itu BAPAK-BAPAK, atau ANAK-ANAK atau SAUDARA-SAUDARA atau pun
KELUARGA mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam
hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada- Nya.
Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan
mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah
golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah
golongan yang beruntung."
Jadi, kita sebagai umat islam harus mempunyai pemimpin
yang juga beragama islam. Dengan
mengetahui hakikat kepemimpinan di dalam Islam serta kriteria dan sifat-sifat
apa saja yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, maka kita wajib untuk
memilih pemimpin sesuai dengan petunjuk Al-Quran dan Hadits.
Kaum muslimin yang benar-benar beriman kepada
Allah dan beriman kepada Rasulullah saw dilarang keras untuk memilih pemimpin
yang tidak memiliki kepedulian dengan urusan-urusan agama (akidahnya lemah)
atau seseorang yang menjadikan agama sebagai bahan permainan/kepentingan
tertentu. Sebab pertanggungjawaban atas pengangkatan seseorang pemimpin akan
dikembalikan kepada siapa yang mengangkatnya (masyarakat tersebut). Dengan kata
lain masyarakat harus selektif dalam memilih pemimpin dan hasil pilihan mereka
adalah "cerminâ" siapa mereka. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi saw
yang berbunyi: "Sebagaimana keadaan kalian, demikian terangkat pemimpin
kalian".
Dalam proses pengangkatan seseorang sebagai
pemimpin terdapat keterlibatan pihak lain selain Allah, yaitu masyarakat.
Karena yang memilih pemimpin adalah masyarakat. Konsekwensinya masyarakat harus
mentaati pemimpin mereka, mencintai, menyenangi, atau sekurangnya tidak
membenci. Sabda Rasulullah saw: "Barang siapa yang mengimami (memimpin)
sekelompok manusia (walau) dalam sholat, sedangkan mereka tidak menyenanginya,
maka sholatnya tidak melampaui kedua telinganya (tidak diterima Allah)".
Di lain pihak pemimpin dituntut untuk memahami
kehendak dan memperhatikan penderitaan rakyat. Sebab dalam sejarahnya para
rasul tidak diutus kecuali yang mampu memahami bahasa (kehendak) kaumnya serta
mengerti (kesusahan) mereka. Lihat Q. S. Ibrahim (14): 4, "Kami tidak
pernah mengutus seorang Rasul kecuali dengan bahasa kaumnya". dan Q. S.
At-Taubah (9): 129, "Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari
kaummu sendiri, terasa berat baginya penderitaanmu lagi sangat mengharapkan
kebaikan bagi kamu, sangat penyantun dan penyayang kepada kaum mukmin.
Demikianlah Al-Quran dan Hadits menekankan
bagaimana seharusnya kita memilih dan menjadi pemimpin. Sebab memilih pemimpin
dengan baik dan benar adalah sama pentingnya dengan menjadi pemimpin yang baik
dan benar.
EmoticonEmoticon