AKSI 4 NOVEMBER 2016 DALAM TINJAUAN AQIDAH ISLAM


NAMA : RANI ANGGELINA


 4 November disebut juga Aksi Bela Al-Qur’an  atau Aksi Damai yang terjadi pada 4 November ketika demonstrasi berjumlah antara 50.000 – 200.000 turun ke jalan-jalan di Jakarta, Indonesia untuk memprotes pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (atau dikenal sebagai “Ahok”) yang dianggap menghina agama islam.
        Pada tanggal 30 September 2016, dalam percakapan dengan warga di Kepulauan Seribu, Basuki menyatakan bahwa tidak masalah jika warga yang “dibohongi” pakai sura Al-Maidah 51 dan tidak memilihnya dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Ayat 51 dalam surah Al-Maidah adalah ayat yang sering ditafsirkan sebagai alat yang melarang Muslim untuk menjadikan orang non-Muslim sebagai pemimpin, dan sebelum nya digunakan oleh rival Basuki sebagai argument untuk tidak memilih Basuki pada pemilihan gubernur, percakapan ini direkam dan diunggah oleh Pemerintah Provinsi DKI Jarkarta di situs YouTobe salah satu yang menyebarkan video ini Buk Yani menulis di Facebook “dibohongi Surah Al-Maidah” (tanpa kata “pake”) dan belakangan ia mengakui bahwa ia salah transkrip. Banyak warga maupun pengamat yang mengkritik pernyataan Basuki dan menganggap Basuki telah melecehkan Al-Qur’an. Kritik ini menjalar dimedia social seperti Facebook dan Twitter, serta petisi. Menanggapi kritik ini, Basuki menyatakan bahwa ia tidak berniat melecehkan Al-Qur’an, tapi hanya mengkritik pihak-pihak yang menggunakan ayat suci untuk tujuan politik.
        Sejumlah organisasi melaporkan pidato Basuki ke polisi dengan dasar pasal 156a KHUP dan UU Penyalahgunaa dan/atau Penodaan Agama. Pada 10 oktober Basuki meminta maaf, namun laporan hokum terhadap Basuki tidak dicabut, dan polisi mulai melakukan penyelidikan, termasuk memanggil Basuki ke Bareskrim pada 24 Oktober. Aksi direncanakan oleh berbagai ormas Islam. Penyelenggaraan merencanakan aksi yang sepenuhnya damai dan menuntut dipenjarakannya Basuki atas tuduhan penistaan Agama, yang masih diselidiki oleh kepolisian. Penyelenggaraan memperkirakan aksi ini akan dihadiri lebih banyak peserta disbanding aksi terhadap Basuki sebelum nya, dan menyerahkan peserta untuk membawa bekal, mengatisipasi kemungkinan menginap, dan “menyiapkan wasiat untuk keluarga”. Dua ormas islam terbesar Indonesia, Nahdhatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, tidak menganjurkan anggotanya untuk ikut, walaupun mereka tetap mendukung proses hukum terhadap Basuki dan tidak melarang diadakan nya aksi ini. Polisi menyiagakan 7.000 personel untuk mengamankan aksi protes. Pasukan TNI dikerahkan untuk menjaga kawasan Pecinan di Jakarta Barat, warga Tionghoa khawatir aksi 4 November akan berakhir seperti kerusuhan tahun 1998. Sejumlah gereja juga dijaga ketat oleh aparat keamanan. Presiden RI Joko Widodo dan Wakil Presiden RI Yusuf Kalla memastikan berada di DKI Jakarta pada 4 November 2016. Aksi berpusat pada Bundaran Hotel Indonesia dan Istana Kepresidenan, yang dideskripsikan telah berubah menjadi “lautan putih” oleh demontrasi yang berpakaian putih. Polisi memperkirakan sekitar 200.000 warga menghadiri aksi ini. Aksi ini berjalan dengan damai dan tertib hingga Jum’at sore yang merupakan batas penyelenggaraan aksi. Tokoh yang menghadiri aksi ini diantaranya Mantan Ketua MPR Amien Rais, Wakil Ketua DPR, serta penyanyi Ahmad Dhani dan Rhoma Irama. Para demonstran berorasi menggunakan yel-yel mendesak diprosesnya tindakan hukum terhadap Basuki.
        Wakil Presiden Jusuf Kalla menjanjikan proses penyelidkan kasus dugaan penistian agama dengan terlapor Gubernur DKI Jakarta, Basuki akan selesai dalam dua minggu kedepan. Hal itu dipertegas Jusuf Kalla saat usai menggelar pertemuan dengan perwakilan unjuk rasa pukul 18:15 WIB. Pada tanggal 5 November pukul 00:10 WIB, setelah melakukan rapat terbatas secara mendadak Presiden Joko Widodo menggerlar konfrensi di Istana Merdeka. Joko Widodo mengucapkan terimakasih kepada penyelenggaraan aksi yang menjalankan aksi nya dengan damai hingga petang, namun penyesalkan kerusuhan yang terjadi pada sudah isya.
        Tanggal 4 November ini bisa jadi kelak akan menjadi hari yang dimasukkan dalam catatan sejarah di Negeri ini, dimana saudara-saudara kita sedang mengajukan aspirasinya kepada pemerintah terkait penistaan kepada simbol-simbol agama yang kita muliakan. Saat ini agama dilecehkan, maka permintaan mereka kepada pemerintah agar kasus ini ditanggapi serius dan ada tindakan hukuman bagi yang menistakan agama. Kita sebagai seorang muslim memang harus punya ghiroh, yaitu rasa cemburu dan cinta kepada Agama ini karena Allah Subhana wa Ta’ala dan Rasulnya melebihi kecintaan kita kepada siapapun dan apapun, bahkan hal itu harus ditanamkan di dalam hati sejak dini, agar menghujam didalam hati kita. Bahkan Allah Subhana wa Ta’ala mengancam kita, jika kita lebih mencintai yang lain selain Allah, Rasul dan Jihad dijalan Allah Subhana wa Ta’ala, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat At-Taubah ayat 24 yang artinya :
        “Katakanlah: “jika bapa bapa, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khwatirkan kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasulnya dan Jihad dijalan-nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik”.
        Tapi yang perlu kita ketahui adalah,bahwa kelak “cinta dan ghiroh” itu ada didalam hati, itu semua adalah amalan dalam hati, sedang wujud dan penerapan Cinta dan Ghiroh itu bisa beragam, bisa lewat demo, sebagaimana yang dijalankan saudara-saudara kita saat ini, bisa dengan tulisan, bisa dengan ucapaan, bisa juga dengan Do’a, yang intinya adalah Suara Hati kita. Yang paling penting dan harus diperhatikan adalah, yang pertama niat harus karena Allah dan Rasul-Nya, dan yang kedua harus sesuai syariat. Misalnya syariat menyuruh kita patuh dengan peraturan dan undang-undang Negara, maka kita juga harus patuh dengan peraturan undang-undang suatu Negara itu sebagaimana para ahli tafsir menyebutkan kepatuhan pada Ulil Amri, dan tidak boleh melanggar syariat misalnya sampai merusak, Anarkis atau melukai orang lain.
        Jika ditanyakan bagaimana sikap kita sebagai seorang Muslim dengan kondisi yang demikian? Maka semestinya kita juga tidak tinggal diam, kita harus merasa terganggu jika ada orang yang menghina kemulian islam, tidak mesti demo, bisa dengan wujud yang lain, seperti yang disebutkan tadi. Kita yakin dan berkhusnuzoon bahwa yang turun ke jalan hari ini sudah sesuai prosedur dan konstitusi yang ada, bahkan dari pihak pemerintah juga sudah merespon positif, apalagi yang turun ke jalan bukan orang-orang sembarangan, mereka adalah Ulama-ulama, Guru-guru kita juga. Maka kita berdoa saja semoga petinggi-petinggi negeri ini bisa benar-benar mengayomi warganya, menampung aspirasi rakyatnya, dan menegakkan supremasi hukum kepada siapa saja. Dan insyaALLAH kita percayakan dan kita kembalikan urusan itu kepada yang berwenang. Sesungguh nya permasalahn yang lebih mengherankan justru reaksi yang berlebihan dari kedua belah pihak, ada saudara-saudara kita yang mungkin karena marahnya hingga keluar caci maki dan memperlebar permasalahan, kondisi ini diperparah dengan bumbu kepentingan politik dan kekuasaan, hingga sudah tidak karena Allah lagi. Tapi Alhamdulillah Ulama-ulamanya selalu mengigatkan untuk focus pada visi dan misi perjuangan, dan tidak belok kemana-mana. Pada kubu tandingannya lebih parah lagi, demi membela terdakwa, ada orang-orang yang juga sesame muslim, justru selalu menghujat dan mencaci-maki saudara muslimnya hanya karena beda pandangan saja. Dan yang sangat mengherankan bahkan mereka berani menghujat Ulama-ulamanya, semua demi membela pendapat dirinya dan menjatuhkan pendapat lawannya, hingga fitnah dan cacian pun tersebar di media sosial, sampai muncul kata kata kotor kepada Ulama-ulama yang aneh, semua dijalankan atas nama MENYAMPAIKAN ISLAM YANG BENAR, ISLAM YANG RAHMAT.
        Saat ini kita hidup di zaman dimana ucapan dipercayai dari sebelah mata, tulisan pengamat lebih dipegang dari pada kitab, propaganda dan retorika lebih dipercaya daripada hujjah seorang alamah. Kita hadir di zaman dimana orang yang memperjuangkan yang akan dimusuhi, orang yang menjalankan syariat akan dibenci, orang yang menyampaikan kebenaran akan di caci-maki, dan kondisi semacam ini bertambah mengkhawatirkan, maka tidak ada yang membuat kita selamat kecuali kembali kepada Allah, kita lari kepada Allah, sudah cukup kita main-main dengan hidup ini, sudah cukup kita lalai dari Allah Subhana wa Ta’ala dan Rasul-Nya, pikirkan anak cucu kita kelak, jika kita masih terus menerus jauh dari Allah dan tertipu dengan dunia ini, terbawa arus hinanya dunia, lalu bagaimana dengan generasi anak-anak kita yang tentunya akan menghadapi hal yang lebih mengerikan lagi.
        Semoga kita semua dilindungi dari fitnah-fitnah akhir zaman, dijaga iman dan islam kita, dijaga Aqidah kita dalam Aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah, mencintai semua saudara sesame muslim kita. Disatukan meski berbeda dalam pandangan politik, pandangan faham, pandangan mazhab, namun tetap satu hati. Dan Allah membuang semua penyakit hati kita, membuang rasa benci kepada saudara sesame muslim, rasa iri, dengki dan hasad, hingga kita bisa saling memahami satu dengan yang lainnya, Amin.
        Umat islam akan menggelar demo pada tanggal 4 November 2016 ditepatkan hari Jum’at, namun ternyata tanpa disengaja, jumlah tanggal aksi itu sama dengan nomor ayat yang dinistakan Ahok. Pada 04-11-2016. 04+11+20+16=51. Jadi aksi ini adalah pembelaan kita terhadap ayat 51 Surat Al-Maidah. Pernyataan Ahok tersebut dinilai melecehkan Islam dan sudah dilaporkan ke polisi agar proses hukum tersebut berjalan. Alasan untuk menggelar unjuk rasa terkait kasus ini bisa dipahami sehingga ‘penyebab utama’ harus diselesaikan. Ketegasan pemerintah untuk meneruskan proses hukum juga diharapkan secepat mungkin. Aksi bela islam ini telah menyatukan hati-hati orang beriman yang cinta dengan Al-Qur’an, yang tak rela Al-Qur’an dihinakan. Dari berbagai pelosok tanah air berdatangan, dengan segala pengorbanan-Nya datang ke ibukota berkumpul bersama saudara-saudara muslim yang lain, dipersatukan oleh Al-Qu’an.
        Dalam aksi ini sangat berkaitan dengan Aqidah Islam tentang beriman kepada Allah SWT, beriman kepada Malaikat, beriman kepada kitab-kitab, beriman kepada rasul-rasul, beriman kepada hari kiamat serta beriman kepada Qhada dan Qodar. Karena jika tidak beriman kepada Allah tidak mungkin terjadinya aksi bela Al-Qur’an ini dan tidak akan terjadi pemberontakan penistaan Agama. Maka dari situlah kita bisa menilai bahwa segala hal pasti ada keterkaita nya dengan beriman kepada Allah SWT, beriman kepada Malaikat, beriman kepada Kitab-Kitab, beriman kepada Rasul-Rasul, beriman kepada Hari Kiamat dan beriman kepada Qhada dan Qodar nya Allah.
        Sejauh ini upaya mengiringi opini bahwa Ahok tidak menistakan Agama kelihatannya terus dilakukan oleh pihak-pihak yang mempunyai kepentingan, secara terselubung ataupun terang-terangan. Dalam menyikapi kasus ini juga ada kalangan umat atau tokoh yang memiliki pendapat berbeda dengan umat islam mengenai dugaan penistaan Agama oleh Ahok. Karena perbedaan persepsi, atau sudut pandang.

        SEMOGA ALLAH SWT MELINDUNGI BANGSA DAN NEGARA INDONESIA
 
Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

:)
:(
=(
^_^
:D
=D
=)D
|o|
@@,
;)
:-bd
:-d
:p
:ng