PENTINGNYA AKIDAH DALAM KEHIDUPAN SEORANG INSAN

NAMA : ADINDA PUTRI DWI MARTA

              
             A.   Pengertian Akidah
            Akidah secara bahasa artinya ikatan. Sedangkan secara istilah akidah artinya keyakinan hati dan pembenarannya terhadap sesuatu.
Dalam pengertian agama maka pengertian akidah adalah kandungan rukun iman, yaitu:
1.      Beriman dengan Allah
2.      Beriman dengan para malaikat
3.      Beriman dengan kitab-kitab-Nya
4.      Beriman dengan para Rasul-Nya
5.      Beriman dengan hari akhir
6.      Beriman dengan takdir yang baik maupun yang buruk.
Sehingga, akidah ini juga bisa diartikan dengan keimanan yang mantap tanpa disertai keraguan di dalam hati seseorang (lihat At Tauhid lis Shaffil Awwal Al ‘Aali hal. 9, Mujmal Ushul hal. 5).
B.     Kedudukan Akidah yang Benar
Akidah yang benar merupakan landasan tegaknya agama dan kunci diterimanya amalan. Hal ini sebagaimana ditetapkan oleh Allah Ta’ala di dalam firman-Nya:
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلا صَالِحًا وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدً
“Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya hendaklah dia beramal shalih dan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Nya dalam beribadah kepada-Nya.” (QS. Al Kahfi: 110).
C.    Sebab-Sebab Penyimpangan Akidah
            Penyimpangan dari akidah yang benar adalah sumber petaka dan bencana. Seseorang yang tidak mempunyai akidah yang benar maka sangat rawan termakan oleh berbagai macam keraguan dan kerancuan pemikiran, sampai-sampai apabila mereka telah berputus asa maka mereka pun mengakhiri hidupnya dengan cara yang sangat mengenaskan yaitu dengan bunuh diri.
            Begitu pula sebuah masyarakat yang tidak dibangun di atas fondasi akidah yang benar akan sangat rawan terbius berbagai kotoran pemikiran materialisme (segala-galanya diukur dengan materi), sehingga apabila mereka diajak untuk menghadiri pengajian-pengajian yang membahas ilmu agama mereka pun malas karena menurut mereka hal itu tidak bisa menghasilkan keuntungan materi.
            Oleh karena peranannya yang sangat penting ini maka kita juga harus mengetahui sebab-sebab penyimpangan dari akidah yang benar. Di antara penyebab itu adalah:
1.      Bodoh terhadap prinsip-prinsip akidah yang benar.
            Ini mengakibatkan tumbuhnya sebuah generasi yang tidak memahami akidah yang benar dan tidak mengerti perkara-perkara yang bertentangan dengannya, sehingga yang benar dianggap batil dan yang batil pun dianggap benar.
2.      Ta’ashshub (fanatik) kepada nenek moyang dan tetap mempertahankannya             meskipun hal itu termasuk kebatilan, dan meninggalkan semua ajaran yang bertentangan dengan ajaran nenek moyang walaupun hal itu termasuk kebenaran.
3.      Taklid buta (mengikuti tanpa landasan dalil).
            Hal ini terjadi dengan mengambil pendapat-pendapat orang dalam permasalahan akidah tanpa mengetahui landasan dalil dan kebenarannya.
4.      Berlebih-lebihan dalam menghormati para wali dan orang-orang saleh.
5.      Lalai dari merenungkan ayat-ayat Allah, baik ayat kauniyah maupun qur’aniyah.    Ini terjadi karena terlalu mengagumi perkembangan kebudayaan materialistik yang digembar-gemborkan orang barat.
6.      Kebanyakan rumah tangga telah kehilangan bimbingan agama yang benar. Padahal peranan orang tua sebagai pembina putra-putrinya sangatlah besar.
7.      Kebanyakan media informasi dan penyiaran melalaikan tugas penting yang mereka emban.
            Sebagian besar siaran dan acara yang mereka tampilkan tidak memperhatikan aturan agama. Ini menimbulkan fasilitas-fasilitas itu berubah menjadi sarana perusak dan penghancur generasi umat Islam.
D.    Keterkaitan Peristiwa 04 November dengan Akidah
Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama, bahwa di tahun 2016 ini, kita masyarakat Indonesia umumnya dan umat muslim khususnya, dikejutkan dengan statement dari salah seorang tokoh yaitu Basuki Tjahaya Purnama atau yang akrab disapa Ahok selaku Gubernur DKI Jakarta. Dalam sebuah pidatonya beliau membahas tentang penggunaan  surah Al-Maidah ayat 51, dalam suasana menjelang PilGub DKI 2017.
Dalam pidatonya, terseliplah pernyataan dia soal penggunaan surat Al-Maidah ayat 51
“jadi jangan percaya sama orang, kan bisa aja dalam hati kecil bapak dan ibu enggak pilih saya. Dibohongi pakai surat Al-Maidah ayat 51, macam-macam itu. Itu hak bapak ibu”.
Terang saja, pernyataan beliau tersebut mengundang amarah dari berbagai kalangan khususnya kaum muslimin. Dan puncak dari amarah terebut adalah adanya peristiwa 04 November yang lalu. Dimana kaum muslimin dari berbagai penjuru tanah air berkumpul di depan masjid Istiqlal untuk menyuarakan aspirasi mereka terkait statement dari Ahok tersebut.
Keterkaitan Peristiwa 04 November dengan akidah adalah adanya penyimpangan akidah dalam hal beriman kepada kitab-kitab Allah.
Jika kita melihat fungsi Al-Qur’an terhadap kitab-kitab Allah sebelumnya, sudah sangatlah jelas bahwa Al-Qur’an adalah Nasikh, Muhaimin, Mushaddiq terhadap kitab-kitab sebelumnya.
Dan juga terdapat perbedaan dalam hal iman kepada Al-Qur’an dengan iman kepada kitab-kitab suci lainnya. Sebagaiman fiman Allah  yang artinya
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada kepada Allah dan Rasul-Nya da kepada Kita yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barang siapa yan kafir kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, dan Hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya”.[1]

Perbedaan konsekuensi keimanan antara iman kepada Al-Qur’an dan kepada Kitab suci sebelumnya adalah kalau terhadap kitab suci sebelumnya seorang muslim hanyalah mempunyai kewajiban mengimani keberadaan dan kebenarannya tanpa kewajiban mempelajari, mengamalkan dan mendakwahkan kandungannya. Sedangkan iman kepada Al-Qur’an membawa konsekuensi yang lebih luas seperti mempelajari, mengamalkan, dan mendakwahkannya serta membelanya dari serangan musuh-musuh Islam.
Dari perbedaan konsekuensi diatas, jelas kita sebagai umat Islam harus bisa mengambil sikap atas apa yang telah terjadi pada Umat Islam.
Ada beberapa poin yang menjadi penyebaba adanya penyimpangan akidah dalam kasus tersebut. Di antaranya adalah poin 3 dan 7 sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, yaitu Taklid buta dan kebanyakan media informasi dan penyiaran melalaikan tugas penting yang mereka emban.
Mengapa sebab penyimpangan akidah pion ke-7 kami sebutkan? Karena sejumlah situs web ikut memanaskan suasana pasca-pernyataan Ahok tersebut. Sehingga banyak opini yang berkembang dengan begitu liarnya.
Jika kita mengaitkan adab berbicara dengan mengesampingkan dua poin penyebab penyimpangan akidah diatas, sebagai seorang public figure, seharusnya beliau (Ahok) harus lebih bisa menjaga apa yang yang seharusnya tidak ia katakan. Apalagi tanpa mengetahui dalil-dalil nya. Allah berfiman dalam Al-Qur’an yang artinya :
“dan jangan engkau mengikuti apa yang engkau tidak memiliki pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta tanggung jawab.”[2]


[1] An-Nisa’:4
[2] Q.S al-Isra’:36
First

EmoticonEmoticon

:)
:(
=(
^_^
:D
=D
=)D
|o|
@@,
;)
:-bd
:-d
:p
:ng