v Mengapa Dimas
Kanjeng 'Sukses'?
Padepokan Dimas Kanjeng di Dusun Cangkelek, Desa
Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, mendadak terkenal
belakangan ini. Pemimpin padepokan, Dimas Kanjeng Taat Pribadi, terjerat kasus
dugaan pembunuhan dan penipuan bermodus penggandaan uang.
Kasus
terakhir ini yang lebih menarik perhatian khalayak luas. Pengikutnya yang
tersebar di berbagai daerah di Indonesia meyakini sang guru bisa menggandakan
uang.
Banyak
juga warga dari berbagai daerah rela menyetor uang dengan harapan bisa digandakan
berkali-kali lipat. Dalam praktiknya, banyak kasus yang menunjukkan uang tidak
tergandakan, justru utang yang mencekik.
Mengapa
orang-orang itu percaya?
Suko
Widodo, pakar komunikasi sekaligus dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya
mengatakan, buday hedonis dan enggan bekerja keras menjadi faktor utama
penyebab terhadap orang yang mudah tergiur dengan iming-iming tak masuk akal.
"Sebagian
orang berpikir untuk meraih kekayaan dengan cara yang instan, dan hasilnya bisa
digunakan untuk menopang gaya hidup yang lebih tingggi,"
Terkait
kultur ini, ada peran media juga dalam pengembangannya. "Biasanya ajakan
hedonis ini disampaikan melalui aktor yang berperan sebagai orang yang kaya
tapi tanpa menjelaskan proses yang jelas untuk menjadi kaya,".
Tayangan
di televisi misalnya, sejumlah sinetron maupun iklan secara tidak langsung
mempromosikan gaya hidup hedonis. Iklan produk menampilkan hal-hal yang serba
instan.
"Apa
yang disampaikan melalui media massa itu berpotensi masuk ke alam bawah sadar
manusia dan memengaruhi karakternya,"
Di
ranah pendidikan, menurut dia, para mahasiswa yang suka copy paste saat membuat
tugas kuliah, termasuk golongan orang-orang yang malas seperti ini. Budaya
instan itu akan semakin mudah masuk ke kehidupan manusia seiring kemajuan
teknologi informasi.
Sementara
itu, psikolog Bagus Ani Putra menilai kondisi masyarakat yang mengalami
"materialistic value oriented" (MVO) atau menghargai materi secara
berlebihan itu menyuburkan fenomena Dimas Kanjeng.
"Itu
sebenarnya bukan fenomena baru, namun MVO itu terjadi sejak era industrialisasi
atau sekitar tahun 1970-an," kata ahli psikologi sosial dari Universitas
Airlangga itu, dilansir Antara.
Menurut
dosen Fakultas Psikologi Unair itu, MVO menggerus nilai-nilai sosial bangsa
Indonesia, seperti gotong royong, sukarela (tanpa pamrih), dan "gugur
gunung" (kerja bakti bersama).
"Nilai-nilai
itu sudah digantikan dengan materi sebagai ukuran, karena itu fenomena Dimas
Kanjeng pun terjadi terus-menerus, meski tidak pernah ada yang terbukti,
seperti uang logam Bung Karno, uang Brazil, peti Nyai Roro Kidul, dan
semacamnya,".
v 7 Ajaran Dimas
Kanjeng yang Dinyatakan Melenceng
Tujuh ajaran Dimas Kanjeng yang melenceng adalah
praktik "kun fayakun" yang bertentangan dengan iradah Allah, wirid
manunggaling kawula-Gusti, shalawat fulus yang tidak ada dalam Islam, juga bank
gaib.
Selain itu juga klaim karomah yang dipertontonkan,
shalat radhiyatul qubri, dan menyalahgunakan makna istighatsah.
"Intinya ajaran Dimas Kanjeng itu merupakan kasus
penipuan, namun dibungkus dengan kedok agama. Penipuan itu dilakukan melalui
penggandaan uang. Kalau dia bisa menggandakan uang, kenapa mereka masih meminta
'mahar' kepada calon anggota baru," kata Gus Ipul yang juga Wakil Gubernur
Jawa Timur tersebut.
Dia mengimbau seluruh pengikutnya yang masih bertahan
di sekitar padepokan untuk pulang dan kembali ke rumah karena memiliki tanggung
jawab kepada keluarga masing-masing. Terlebih di sana tidak ada yang bisa
diharapkan karena penanggung jawab padepokan sedang menjalani pemeriksaan
kepolisian sekaligus diminta untuk menghentikan kegiatan apapun.
"Sekarang jelas tidak ada yang bisa diharapkan
dan percayalah bahwa tidak ada orang menggandakan uang. Buat apa mengajak orang
kalau dia bisa menggandakan uang sendiri? Jadi, jangan percaya jika ada yang
mengaku-aku mampu,".
ANALISIS
BERDASARKAN AKIDAH ISLAM
TENTANG
KASUS DIMAS KANJENG
Satu peristiwa menghebohkan kembali melanda bangsa
Indonesia. Dimas Kanjeng Taat pribadi yang menghiasi hampir semua media massa.
Tayangan YouTube yang mempelihatkan kemampuan seorang pimpinan padepokan dalam
menggandakan uang, telah mencetus berbagai opini dalam masyarakat. Penampakan
pria yang bernama Dimas Kanjeng Taat Pribadi ini memang penuh misteri, matanya
bercelak, jubahnya yang hitam kelam, matanya yang tajam semakin menyempurnakan
kemisteriusannya.
Aqidah Dimanfaatkan di Padepokan Taat Pribadi Sebagai
Modus Penipuan.
Aqidah merupakan hal yang mendasar bagi seorang
Muslim. Syekh Taqiyudin An-Nabhani mendefinisikan aqidah sebagai pemikiran yang
menyeluruh tentang alam, manusia, kehidupan juga hubungan ketiganya dengan
kehidupan sebelum dan setelah di dunia. Aqidah tersebut semata-mata harus
ditujukan kepada Zat Maha Kuasa yaitu Allah subhanahu wata’ala.
Namun sayang, yang terjadi di Padepokan Taat Pribadi,
aqidah justru dikapitalisasi semata untuk meraih materi. Surat-surat di dalam
Al-Quran yang dibacakan, wirid-wirid yang dilantunkan serta istighosah yang
dilaksanakan, bukan dipersembahkan untuk Allah Subhanahu wata’ala, tetapi demi
harta yang berganda-ganda. Bukankah setiap amal ibadah itu semata-mata
dilakukan hanya untuk meraih ridho Allah semata? jelas ini bertentangan dengan
ajaran Islam dan aqidah islam yang mulia.
Pemanfaatan akidah terjadi karena berkembangnya
pemahaman yang memisahkan dan menyimpang ajaran agama dari kehidupan yaitu
sekularisme. Paham inilah yang telah membuat masyarakat menjadi tabu terhadap
ajaran Islam. Mereka tetap melaksanakan ibadah ritual, namun salah langkah
dalam menjalani hidup sesuai tuntunan Al-Quran dan As-Sunah, sehingga
terperangkap dalam praktik perdukunan dan menjadi musrik.
Hal tersebut diperparah lagi karena negara memberi
ruang agar paham tersebut tetap berkembang di masyarakat. Sehingga aqidah
masyarakat menjadi ternodai dengan pemahaman atau ajaran yang tidak sesuai
dengan ajaran islam dan Al-Quran sebagai pedoman hidup manusia. Padahal negara
seharusnya bertugas menjadi pilar penjaga aqidah umat dengan menerapkan aturan
sahih yang bersumber dari kitabullah dan sunah Rasulullah sehingga
praktik-praktik yang mengotori aqidah akan sangat mungkin untuk di hindari.
Selain itu negara juga harus mampu menerapkan sanksi
yang tegas terhadap pihak yang berlaku mengotori aqidah umat islam, seperti
halnya profesi dukun yang ada di Indonesia ini. Profesi tersebut jelas
mengotori keimanan dan aqidah umat islam. Oleh sebab itu, syariat Islam
menetapkan sansksi tegas atasnya, sebagaimana sabda Rasulullah:
” Hukuman bagi tukang sihir adalah dengan dipenggal
lehernya dengan pedang” (HR At-Tirmidzi).
Bagi kalangan yang percaya, kasus Dimas Kanjeng ini
dipahami sebagai sebuah keajaiban nusantara. Keberadaan Dimas Kanjeng Taat
pribadi diyakini sebagai reinkarnasi atau titisan para wali dengan sejuta
kemampuan metafisika atau kemapuan adi kodrati. Sebaliknya bagi kalangan
membantah, fenomena penggandaan uang di padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi
tidak lebih dari penipuan yang dibumbui simbol-simbol agama dan merusak aqidah
islam.
Mencermati kasus Dimas Kanjeng Taat Pribadi ini,
setidaknya ada beberapa simpulan analisis yang mungkin dapat membedahnya:
µ Kasus ini memperlihatkan sebuah tekanan mental
masyarakat Indonesia dalam menghadapi kesulitan hidup sehingga mengarah kejalan
yang sesat atau menyimpang dari ajaran islam.
Muncullah keinginan mencari jalan pintas dalam
memperoleh rezeki. Makanya isu penggandaan uang ini cukup menjadi daya tarik
bagi kalangan kelas bawah demi merubah nasib kemiskinan yang melekat pada
status mereka.
Padahal sudah jelas setiap rezeki itu datangnya hanya
dari Allah dan itu akan di peroleh dengan cara-cara yang halal dan di ridoi
Allah. Sebagaimana firman Allah :
وَمَا مِن دَابَّةٍ
فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا
“…… dan tidak satu
pun makhluk bergerak di bumi melainkan dijamin Allah rezekinya” (Surah Hud,
ayat 6)
Dari potongan ayat di atas perlu dipahami bahwa rezeki
itu juga perlu dicari sebagaimana Allah menyatakan dengan kalimat “makhluk
bergerak” bukan hanya menanti yang bulat datang bergolek dan yang pipih datang
melayang. Lihatlah rezeki seekor burung yang setiap hari keluar dari sarangnya dan
kembali ke sarangnya dengan membawa makanan (rezeki).Kemalasan berusaha,
sehingga membuat periuk nasi kosong bukan karena tidak ada jaminan dari Allah
tetapi karena ia yang memilih untuk itu, dan tentunya untuk mencari dan
mendapatkan rezeki tersebut harus dengan cara yang baik dan halal.
Allah SWT menjamin rezeki pada semua mahluk tetapi
kenapa ada kemiskinan dan ada yang mati kelaparan. Hal ini dijelaskan Allah
dalam firmanNya:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي
الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي
عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah timbul
berbagai kerusakan dan bencana di darat dan di laut, karena yang telah
dilakukan oleh tangan manusia; (timbulnya yang demikian) karena Allah merasakan
kepada mereka sebagian dari balasan perbuatan-perbuatan buruk yang mereka telah
lakukan, agar mereka kembali (insaf dan bertobat) “(Surat ar-Rum, ayat 41).
µ Hal ini menandakan bahwa sebagian masyarakat Indonesia
rentan aqidah dan keimanan sehingga mudah di pengaruhi pemaham lain yang menyimpang dari ajaran islam.
Orang yang mempunyai basis akidah dan
keimanan yang kukuh atau kuat mungkin tidak akan mudah terpengaruh dengan
ajaran yang aneh-aneh dan sesat semacam ini. Apalagi kononnya Dimas Kanjeng
Taat Pribadi menyebutkan dirinya sebagai maha guru kunfayakun yang bisa medatangkan
apa saja yang diinginkan. Padahal, dalam akidah Islam lafaz kunfayakun ini
dipahami sebagai kekuatan Ilahiyah dalam penciptaan alam yang hanya ada pada
zat Allah. Menyamakan kemampuan Allah dengan kemampuan manusia ini dalam ukuran
agama menjurus kepada prilaku kesyirikan dan merupakan sebuah dosa yang besar.
µ Kurangnya pemanfaatan dan pemahaman yang baik dan
benar terhadap potensi rasionalitas dan logika.
Tumpul rasionalitas dan logika ini
diakibatkan kecenderungan terhadap materi yang ada dalam jiwa. Menutupi
indikator kebenaran, sehingga terjebak dalam prilaku aneh dan percaya kepada
hal-hal yang tidak masuk akal sekalipun. Padahal dalam logika sederhana, kalau
memang Dimas Kanjeng Taat Pribadi itu mampu menggandakan uang, mengapa ia harus
meminta uang kepada orang lain, bukannya ia hanya perlu menggandakan uang yang
ia miliki sebanyak yang ia inginkan? Lalu membagikannya kepada orang yang
membutuhkan uang tersebut.
µ Adanya Pemahaman sains yang salah atau keliru oleh
sebagian masyarakat.
Ada kalangan yang menganggap bahwa fenomena Dimas
Kanjeng Taat Pribadi dapat dijelaskan secara saintifik terkini. Pendapat ini
mungkin keliru sebab fenomena metafisik ini memang melampaui lingkungan
saintifik, baik sains klasik maupun sains modern sekalipun. Lingkungan sains
dalam pemahaman klasik hanya mampu menjawab fenomena alam dan benda-benda yang
ada di muka bumi ini dalam bentuk pengukuran dan timbangan yang terhingga
terhadap materi. Malah sains modern sekelas teori fisika kuantum yang telah
meretasi ketakterhinggaan materi juga tidak dapat menjelaskan tentang fenomena
misterius ini. Sebab teori fisika kuantum tidak dapat diproyeksikan pada benda
material seperti uang, baik untuk diadakan, didatangkan atau digandakan seperti
halnya dimas kanjeng.
Dalam pandangan aqidah agama berbicara mengenai hal
yang metafisik, ghaib dan adikodrati bukanlah hal yang asing. Secara ruang
lingkup kajian Islam itu tidak hanya sebatas benda materi (mahsusat) tetapi
merangkumi juga hal yang non materi yang dapat difikirkan (ma’qulat). Oleh
karenanya, ilmu Islam itu selangkah lebih maju dari ilmu umum yang hanya
terfokus pada hal-hal empirical atau bukti-bukti nyata yang di gunakan untuk
membuktikan sebuah ekspiremen atau teori-teori yang ada .
Pembahasan aqidah Islam juga membahas fenomena luar
biasa (miracle) yang terjadi dalam alam ini. Fenomena keajaiban ini memang
berada di luar kemampuan saintifik, namun Islam mencoba membahasnya dengan
pendekatan keyakinan dan perasaan intuitif. Keajaiban ini dalam Islam
dikategorikan dalam beberapa istilah seperti mukjizat, irhas, karamah, maunah,
dan sihir.
Mukjizat merupakan sebuah kejadian yang luar biasa yang
diberikan Allah Swt kepada para rasul-Nya sebagai bukti kerasulan mereka.
Sementara irhas adalah fenomena luar biasa yang ada pada calon rasul, seperti
irhas Nabi Muhammad sebelum diangkat menjadi rasul di mana awan selalu
menaunginya kemana saja beliau pergi. Tentunya mukjizat dan irhas ini telah
berakhir dalam alam ini, seiring dengan berakhirnya pengutusan para rasul ke
alam ini.
Selanjutnya karamah dipahami sebagai keajaiban yang
menyertai kehidupan sebagian waliullah, sebagai anugerah karena kedekatannya
dengan Allah Swt. Orang yang mendapatkan karamah ini adalah mereka ahli-ahli
sufi yang telah melampaui batas syariat dan telah memasuki alam hakikat. Hidup
mereka jauh dari kepentingan duniawi dan materi, apalagi pengandaan uang, emas
batangan dan perhiasan mewah lainnya.
Sepertinya semua pembahasan aqidah Islam tentang
keajaiban ini sulit dihubungkan dengan sosok Dimas Kanjeng Taat Pribadi,
kecuali pemahaman sihir (kahin), yaitu keajaiban yang terjadi atas bantuan
syaitan dan terjadi pada orang yang tidak mempunyai aqidah yang kuat dan orang
yang jauh dari ajaran agama. Hal ini mungkin terjadi pada figur Dimas Kanjeng
Taat Pribadi mengingat berapa testimoni mantan pengikutnya bahwa ia tidak bisa
membaca Alquran meskipun adalah pimpinan padepokan.
Terlepas dari apa sebenarnya yang terjadi pada
fenomena Dimas Kanjeng Taat Pribadi, apakah sihir ataupun penipuan. Yang jelas
kita harus waspadai adalah bahwa kejadian semacam ini bisa terjadi di mana saja
dan kapan saja. Untuk itu, sejatinya kita senantiasa mempersiapkan diri dengan
bekal akidah islamiah yang kuat, menghiasi diri dengan amal ibadah yang benar
dan mejauhkan diri dari ketamakan terhadap harta benda. Dengan cara itu insya
Allah kita akan dapat meningkatkan aqidah, keimanan, potensi panalaran rasio
dan logika, sehingga tidak terjabak dalam prilaku yang menyimpang, dan
menyesatkan dari ajaran islam.
EmoticonEmoticon