DIMAS KANJENG TAAT PRIBADI YANG BISA MENGGANDAKAN UANG

NAMA : ANDRI YANTO


v Mengapa Dimas Kanjeng 'Sukses'?

Padepokan Dimas Kanjeng di Dusun Cangkelek, Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, mendadak terkenal belakangan ini. Pemimpin padepokan, Dimas Kanjeng Taat Pribadi, terjerat kasus dugaan pembunuhan dan penipuan bermodus penggandaan uang.
Kasus terakhir ini yang lebih menarik perhatian khalayak luas. Pengikutnya yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia meyakini sang guru bisa menggandakan uang.
Banyak juga warga dari berbagai daerah rela menyetor uang dengan harapan bisa digandakan berkali-kali lipat. Dalam praktiknya, banyak kasus yang menunjukkan uang tidak tergandakan, justru utang yang mencekik.
Mengapa orang-orang itu percaya?
Suko Widodo, pakar komunikasi sekaligus dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik  Universitas Airlangga (Unair) Surabaya mengatakan, buday hedonis dan enggan bekerja keras menjadi faktor utama penyebab terhadap orang yang mudah tergiur dengan iming-iming tak masuk akal.
"Sebagian orang berpikir untuk meraih kekayaan dengan cara yang instan, dan hasilnya bisa digunakan untuk menopang gaya hidup yang lebih tingggi,"
Terkait kultur ini, ada peran media juga dalam pengembangannya. "Biasanya ajakan hedonis ini disampaikan melalui aktor yang berperan sebagai orang yang kaya tapi tanpa menjelaskan proses yang jelas untuk menjadi kaya,".
Tayangan di televisi misalnya, sejumlah sinetron maupun iklan secara tidak langsung mempromosikan gaya hidup hedonis. Iklan produk menampilkan hal-hal yang serba instan.
"Apa yang disampaikan melalui media massa itu berpotensi masuk ke alam bawah sadar manusia dan memengaruhi karakternya,"
Di ranah pendidikan, menurut dia, para mahasiswa yang suka copy paste saat membuat tugas kuliah, termasuk golongan orang-orang yang malas seperti ini. Budaya instan itu akan semakin mudah masuk ke kehidupan manusia seiring kemajuan teknologi informasi.
Sementara itu, psikolog Bagus Ani Putra menilai kondisi masyarakat yang mengalami "materialistic value oriented" (MVO) atau menghargai materi secara berlebihan itu menyuburkan fenomena Dimas Kanjeng.
"Itu sebenarnya bukan fenomena baru, namun MVO itu terjadi sejak era industrialisasi atau sekitar tahun 1970-an," kata ahli psikologi sosial dari Universitas Airlangga itu, dilansir Antara.
Menurut dosen Fakultas Psikologi Unair itu, MVO menggerus nilai-nilai sosial bangsa Indonesia, seperti gotong royong, sukarela (tanpa pamrih), dan "gugur gunung" (kerja bakti bersama).
"Nilai-nilai itu sudah digantikan dengan materi sebagai ukuran, karena itu fenomena Dimas Kanjeng pun terjadi terus-menerus, meski tidak pernah ada yang terbukti, seperti uang logam Bung Karno, uang Brazil, peti Nyai Roro Kidul, dan semacamnya,".

v 7 Ajaran Dimas Kanjeng yang Dinyatakan Melenceng
Tujuh ajaran Dimas Kanjeng yang melenceng adalah praktik "kun fayakun" yang bertentangan dengan iradah Allah, wirid manunggaling kawula-Gusti, shalawat fulus yang tidak ada dalam Islam, juga bank gaib.
Selain itu juga klaim karomah yang dipertontonkan, shalat radhiyatul qubri, dan menyalahgunakan makna istighatsah.
"Intinya ajaran Dimas Kanjeng itu merupakan kasus penipuan, namun dibungkus dengan kedok agama. Penipuan itu dilakukan melalui penggandaan uang. Kalau dia bisa menggandakan uang, kenapa mereka masih meminta 'mahar' kepada calon anggota baru," kata Gus Ipul yang juga Wakil Gubernur Jawa Timur tersebut.
Dia mengimbau seluruh pengikutnya yang masih bertahan di sekitar padepokan untuk pulang dan kembali ke rumah karena memiliki tanggung jawab kepada keluarga masing-masing. Terlebih di sana tidak ada yang bisa diharapkan karena penanggung jawab padepokan sedang menjalani pemeriksaan kepolisian sekaligus diminta untuk menghentikan kegiatan apapun.
"Sekarang jelas tidak ada yang bisa diharapkan dan percayalah bahwa tidak ada orang menggandakan uang. Buat apa mengajak orang kalau dia bisa menggandakan uang sendiri? Jadi, jangan percaya jika ada yang mengaku-aku mampu,".

ANALISIS BERDASARKAN AKIDAH ISLAM
TENTANG KASUS DIMAS KANJENG

Satu peristiwa menghebohkan kembali melanda bangsa Indonesia. Dimas Kanjeng Taat pribadi yang menghiasi hampir semua media massa. Tayangan YouTube yang mempelihatkan kemampuan seorang pimpinan padepokan dalam menggandakan uang, telah mencetus berbagai opini dalam masyarakat. Penampakan pria yang bernama Dimas Kanjeng Taat Pribadi ini memang penuh misteri, matanya bercelak, jubahnya yang hitam kelam, matanya yang tajam semakin menyempurnakan kemisteriusannya.
Aqidah Dimanfaatkan di Padepokan Taat Pribadi Sebagai Modus Penipuan.
Aqidah merupakan hal yang mendasar bagi seorang Muslim. Syekh Taqiyudin An-Nabhani mendefinisikan aqidah sebagai pemikiran yang menyeluruh tentang alam, manusia, kehidupan juga hubungan ketiganya dengan kehidupan sebelum dan setelah di dunia. Aqidah tersebut semata-mata harus ditujukan kepada Zat Maha Kuasa yaitu Allah subhanahu wata’ala.
Namun sayang, yang terjadi di Padepokan Taat Pribadi, aqidah justru dikapitalisasi semata untuk meraih materi. Surat-surat di dalam Al-Quran yang dibacakan, wirid-wirid yang dilantunkan serta istighosah yang dilaksanakan, bukan dipersembahkan untuk Allah Subhanahu wata’ala, tetapi demi harta yang berganda-ganda. Bukankah setiap amal ibadah itu semata-mata dilakukan hanya untuk meraih ridho Allah semata? jelas ini bertentangan dengan ajaran Islam dan aqidah islam yang mulia.
Pemanfaatan akidah terjadi karena berkembangnya pemahaman yang memisahkan dan menyimpang ajaran agama dari kehidupan yaitu sekularisme. Paham inilah yang telah membuat masyarakat menjadi tabu terhadap ajaran Islam. Mereka tetap melaksanakan ibadah ritual, namun salah langkah dalam menjalani hidup sesuai tuntunan Al-Quran dan As-Sunah, sehingga terperangkap dalam praktik perdukunan dan menjadi musrik.
Hal tersebut diperparah lagi karena negara memberi ruang agar paham tersebut tetap berkembang di masyarakat. Sehingga aqidah masyarakat menjadi ternodai dengan pemahaman atau ajaran yang tidak sesuai dengan ajaran islam dan Al-Quran sebagai pedoman hidup manusia. Padahal negara seharusnya bertugas menjadi pilar penjaga aqidah umat dengan menerapkan aturan sahih yang bersumber dari kitabullah dan sunah Rasulullah sehingga praktik-praktik yang mengotori aqidah akan sangat mungkin untuk di hindari.
Selain itu negara juga harus mampu menerapkan sanksi yang tegas terhadap pihak yang berlaku mengotori aqidah umat islam, seperti halnya profesi dukun yang ada di Indonesia ini. Profesi tersebut jelas mengotori keimanan dan aqidah umat islam. Oleh sebab itu, syariat Islam menetapkan sansksi tegas atasnya, sebagaimana sabda Rasulullah:
” Hukuman bagi tukang sihir adalah dengan dipenggal lehernya dengan pedang” (HR At-Tirmidzi).
Bagi kalangan yang percaya, kasus Dimas Kanjeng ini dipahami sebagai sebuah keajaiban nusantara. Keberadaan Dimas Kanjeng Taat pribadi diyakini sebagai reinkarnasi atau titisan para wali dengan sejuta kemampuan metafisika atau kemapuan adi kodrati. Sebaliknya bagi kalangan membantah, fenomena penggandaan uang di padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi tidak lebih dari penipuan yang dibumbui simbol-simbol agama dan merusak aqidah islam.

Mencermati kasus Dimas Kanjeng Taat Pribadi ini, setidaknya ada beberapa simpulan analisis yang mungkin dapat membedahnya:

µ  Kasus ini memperlihatkan sebuah tekanan mental masyarakat Indonesia dalam menghadapi kesulitan hidup sehingga mengarah kejalan yang sesat atau menyimpang dari ajaran islam.
Muncullah keinginan mencari jalan pintas dalam memperoleh rezeki. Makanya isu penggandaan uang ini cukup menjadi daya tarik bagi kalangan kelas bawah demi merubah nasib kemiskinan yang melekat pada status mereka.

Padahal sudah jelas setiap rezeki itu datangnya hanya dari Allah dan itu akan di peroleh dengan cara-cara yang halal dan di ridoi Allah. Sebagaimana firman Allah :

 وَمَا مِن دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا
“…… dan tidak satu pun makhluk bergerak di bumi melainkan dijamin Allah rezekinya” (Surah Hud, ayat 6)
Dari potongan ayat di atas perlu dipahami bahwa rezeki itu juga perlu dicari sebagaimana Allah menyatakan dengan kalimat “makhluk bergerak” bukan hanya menanti yang bulat datang bergolek dan yang pipih datang melayang. Lihatlah rezeki seekor burung yang setiap hari keluar dari sarangnya dan kembali ke sarangnya dengan membawa makanan (rezeki).Kemalasan berusaha, sehingga membuat periuk nasi kosong bukan karena tidak ada jaminan dari Allah tetapi karena ia yang memilih untuk itu, dan tentunya untuk mencari dan mendapatkan rezeki tersebut harus dengan cara yang baik dan halal.
Allah SWT menjamin rezeki pada semua mahluk tetapi kenapa ada kemiskinan dan ada yang mati kelaparan. Hal ini dijelaskan Allah dalam firmanNya:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah timbul berbagai kerusakan dan bencana di darat dan di laut, karena yang telah dilakukan oleh tangan manusia; (timbulnya yang demikian) karena Allah merasakan kepada mereka sebagian dari balasan perbuatan-perbuatan buruk yang mereka telah lakukan, agar mereka kembali (insaf dan bertobat) “(Surat ar-Rum, ayat 41).

µ  Hal ini menandakan bahwa sebagian masyarakat Indonesia rentan aqidah dan keimanan sehingga mudah di pengaruhi pemaham lain yang  menyimpang dari ajaran islam.
Orang yang mempunyai basis akidah dan keimanan yang kukuh atau kuat mungkin tidak akan mudah terpengaruh dengan ajaran yang aneh-aneh dan sesat semacam ini. Apalagi kononnya Dimas Kanjeng Taat Pribadi menyebutkan dirinya sebagai maha guru kunfayakun yang bisa medatangkan apa saja yang diinginkan. Padahal, dalam akidah Islam lafaz kunfayakun ini dipahami sebagai kekuatan Ilahiyah dalam penciptaan alam yang hanya ada pada zat Allah. Menyamakan kemampuan Allah dengan kemampuan manusia ini dalam ukuran agama menjurus kepada prilaku kesyirikan dan merupakan sebuah dosa yang besar.

µ  Kurangnya pemanfaatan dan pemahaman yang baik dan benar terhadap potensi rasionalitas dan logika.
Tumpul rasionalitas dan logika ini diakibatkan kecenderungan terhadap materi yang ada dalam jiwa. Menutupi indikator kebenaran, sehingga terjebak dalam prilaku aneh dan percaya kepada hal-hal yang tidak masuk akal sekalipun. Padahal dalam logika sederhana, kalau memang Dimas Kanjeng Taat Pribadi itu mampu menggandakan uang, mengapa ia harus meminta uang kepada orang lain, bukannya ia hanya perlu menggandakan uang yang ia miliki sebanyak yang ia inginkan? Lalu membagikannya kepada orang yang membutuhkan uang tersebut.
µ  Adanya Pemahaman sains yang salah atau keliru oleh sebagian masyarakat.
Ada kalangan yang menganggap bahwa fenomena Dimas Kanjeng Taat Pribadi dapat dijelaskan secara saintifik terkini. Pendapat ini mungkin keliru sebab fenomena metafisik ini memang melampaui lingkungan saintifik, baik sains klasik maupun sains modern sekalipun. Lingkungan sains dalam pemahaman klasik hanya mampu menjawab fenomena alam dan benda-benda yang ada di muka bumi ini dalam bentuk pengukuran dan timbangan yang terhingga terhadap materi. Malah sains modern sekelas teori fisika kuantum yang telah meretasi ketakterhinggaan materi juga tidak dapat menjelaskan tentang fenomena misterius ini. Sebab teori fisika kuantum tidak dapat diproyeksikan pada benda material seperti uang, baik untuk diadakan, didatangkan atau digandakan seperti halnya dimas kanjeng.

Dalam pandangan aqidah agama berbicara mengenai hal yang metafisik, ghaib dan adikodrati bukanlah hal yang asing. Secara ruang lingkup kajian Islam itu tidak hanya sebatas benda materi (mahsusat) tetapi merangkumi juga hal yang non materi yang dapat difikirkan (ma’qulat). Oleh karenanya, ilmu Islam itu selangkah lebih maju dari ilmu umum yang hanya terfokus pada hal-hal empirical atau bukti-bukti nyata yang di gunakan untuk membuktikan sebuah ekspiremen atau teori-teori yang ada .
Pembahasan aqidah Islam juga membahas fenomena luar biasa (miracle) yang terjadi dalam alam ini. Fenomena keajaiban ini memang berada di luar kemampuan saintifik, namun Islam mencoba membahasnya dengan pendekatan keyakinan dan perasaan intuitif. Keajaiban ini dalam Islam dikategorikan dalam beberapa istilah seperti mukjizat, irhas, karamah, maunah, dan sihir.
Mukjizat merupakan sebuah kejadian yang luar biasa yang diberikan Allah Swt kepada para rasul-Nya sebagai bukti kerasulan mereka. Sementara irhas adalah fenomena luar biasa yang ada pada calon rasul, seperti irhas Nabi Muhammad sebelum diangkat menjadi rasul di mana awan selalu menaunginya kemana saja beliau pergi. Tentunya mukjizat dan irhas ini telah berakhir dalam alam ini, seiring dengan berakhirnya pengutusan para rasul ke alam ini.
Selanjutnya karamah dipahami sebagai keajaiban yang menyertai kehidupan sebagian waliullah, sebagai anugerah karena kedekatannya dengan Allah Swt. Orang yang mendapatkan karamah ini adalah mereka ahli-ahli sufi yang telah melampaui batas syariat dan telah memasuki alam hakikat. Hidup mereka jauh dari kepentingan duniawi dan materi, apalagi pengandaan uang, emas batangan dan perhiasan mewah lainnya.
Sepertinya semua pembahasan aqidah Islam tentang keajaiban ini sulit dihubungkan dengan sosok Dimas Kanjeng Taat Pribadi, kecuali pemahaman sihir (kahin), yaitu keajaiban yang terjadi atas bantuan syaitan dan terjadi pada orang yang tidak mempunyai aqidah yang kuat dan orang yang jauh dari ajaran agama. Hal ini mungkin terjadi pada figur Dimas Kanjeng Taat Pribadi mengingat berapa testimoni mantan pengikutnya bahwa ia tidak bisa membaca Alquran meskipun adalah pimpinan padepokan.
Terlepas dari apa sebenarnya yang terjadi pada fenomena Dimas Kanjeng Taat Pribadi, apakah sihir ataupun penipuan. Yang jelas kita harus waspadai adalah bahwa kejadian semacam ini bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. Untuk itu, sejatinya kita senantiasa mempersiapkan diri dengan bekal akidah islamiah yang kuat, menghiasi diri dengan amal ibadah yang benar dan mejauhkan diri dari ketamakan terhadap harta benda. Dengan cara itu insya Allah kita akan dapat meningkatkan aqidah, keimanan, potensi panalaran rasio dan logika, sehingga tidak terjabak dalam prilaku yang menyimpang, dan menyesatkan dari ajaran islam.
 
Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

:)
:(
=(
^_^
:D
=D
=)D
|o|
@@,
;)
:-bd
:-d
:p
:ng